Sepertinya Pemblokir Iklan Anda Aktif
Maaf, Sayangnya blog ini tidak bisa hidup tanpa bantuan dari iklan.
Mohon nonaktifkan terlebih dahulu Pemblokir iklan (misal: Adblock) khusus untuk blog ini.
Setelah Anda menonaktifkan AdBlock, silahkan reload halaman ini.
Terima Kasih, semoga anda selalu dimudahkan pada setiap usaha, serta semoga Tuhan menambah kualitas kesehatan anda sekeluarga.

Jabat tangan
FaRo.

Ini hanyalah sepenggal kisah dari banyak kisah teladan lainnya, tentang seorang tuna netra yang tetap semangat mencari nafkah untuk keluarganya dengan keterbatasan yang beliau miliki.

Bagi kamu yang sering lewat daerah UGM Yogyakarta, mungkin kamu pernah melihat seorang bapak yang memikul barang dagangannya di kepala sambil memegangi tongkat penunjuk jalan.

Bapak itu bernama Pak Suwaji, Usianya 55 tahun, tinggal di Sewon, Bantul. Dengan kondisi fisiknya yang tidak bisa melihat, setiap hari ia memanggul barang dagangannya yaitu keset, kemoceng, dan kain lap dengan berjalan kaki menyusuri jalanan kota Jogja.

Berjualan perabotan pembersih rumah sudah beliau lakukan dari sekitar tahun 80-an, Saat ditanya alasan mengapa ia tetap keluar rumah untuk berdagang, ia menjawab sederhana, "Saya ndak mau menyusahkan orang lain, mas." 



Bertahun-tahun berjualan, beliau bersama sang istri, bu Ramini, tak melupakan pentingnya pendidikan bagi ke enam anaknya, anak pertama beliau kini sudah bekerja disalah satu perusahaan TV swasta terkenal di Indonesia dan pernah mengenyam pendidikan sampai kuliah, anak kedua SMA kelas 3 di PGRI Kasihan Bantul, anak ketiga bersekolah di SMK Muhammadiyah, anak keempat masih SMP, dan anak kelima serta keenam masih Sekolah Dasar. Ini adalah sebuah prestasi yang tidak mungkin dicapai tanpa kerja keras.

Luar biasa perjuangan hidup beliau, kekurangannya sebagai penyandang tuna netra bukan menjadikan penghalang bagi bapak enam anak ini untuk bekerja keras demi membiayai kehidupan keluargannya.

Yang membuat kagum adalah, Pak Suwaji ini selalu rutin shalat Dhuhur di Masjid Kampus UGM dan shalat Ashar di masjid Mardhiyah dekat RSUP dr. Sardjito. Kondisinya yang kehilangan penglihatan tak menghalanginya untuk tertib melangkahkan kaki ke masjid saat mendengar kumandang adzan. Masya Allah.

Orang-orang seperti Pak Suwaji ini adalah orang mulia. Meski memiliki keterbatasan fisik, ia tidak menistakan dirinya dengan meminta-minta. Apalagi ia selalu rajin shalat ke masjid menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, meski harus meraba-raba jalan yang ia lalui.

1. Meskipun mempunyai keterbatasan fisik tidak bisa melihat, beliau tetap rajin datang ke masjid untuk menunaikan shalat tepat waktu. Bagaimana dengan anda yang masih dikaruniai kelengkapan tubuh ?

2. Meskipun tidak bisa melihat, beliau tidak mau meminta-minta untuk menghidupi keluarganya. 

3. Allah sudah menetapkan rezeki setiap orang, jadi jangan takut miskin atau susah. Pak Suwaji mempunyai 6 orang anak, beliau tidak lantas putus asa dari Rahmat Allah. Beliau masih ber-ikhtiar untuk mencari rezeki meskipun penghasilan sehari-harinya tidak seberapa.

Pak suwaji hanyalah sebuah potret dari beberapa orang yg menjaga izzah (kehormatan) nya sebagai seorang muslim dan seorang kepala keluarga. Tentunya banyak orang seperti beliau.

Dimanapun kita berada, kapanpun kita menemukan seseorang seperti pak Suwaji, usahakan tetap membantu mereka sebisa kita. Setidaknya belilah dagangan mereka atau gunakan jasa mereka.

Semoga Allah merahmati Pak Suwaji beserta keluarga dan setiap muslim yang menjaga kehormatannya.

Sumber : http://rumahzis.ugm.ac.id/content/view/149/23/ , Facebook

Post link : http://www.blognafaro.com/2014/06/tuna-netra-teladan-pak-suwaji.html

Tuna Netra Teladan : Pak Suwaji

Tuna Netra Teladan : Pak Suwaji
Ringkasan : Pak Suwaji adalah seorang Tuna Netra berprestasi yang patut diteladani. .
Jumlah Kata : | Dipublikasikan pada Thursday, June 19, 2014
 
Top